Skip to main content

Featured

Jin BTS akhirnya selesaikan wajib militernya sebagai warga negara Korea Selatan

Seoul , Kabar gembira bagi ARMY di seluruh dunia! Kim Seokjin atau lebih akrab disapa Jin, anggota boygroup BTS berhasil menyelesaikan wajib militernya.  Mengutip the KoreaTimes, tampak Jin mendapatkan buket bunga saat meninggalkan acara perayaan 5 tahun Divisi Infanteri Angkatan Darat di Yeoncheon, (12/06).  Dalam acara itu, Jin sempat reuni dengan 5 member BTS lainnya yang masih menjalankan wajib militer yakni; V, Jungkook, Jimin, J-Hope, dan RM.  Disebutkan Suga, satu-satunya member yang absen pada acara tersebut.  Kepada media, Jin menyapa Army dengan berkata, " Hai, ARMY !" sambil tersenyum.  Perayaan privat Jin ini menandakan kemungkinan Jin akan segera kembali ke industri hiburan lagi seperti biasa.  Tentu saja itu berita baik bagi penggemar BTS. Hal itu bisa dilihat dari ucapan selamat yang tidak berhenti diucapkan ARMY kepada Jin.  Bagaimana? Apa kamu termasuk yang ARMY itu? 

Sekeping Hati untuk Azhar Bab 10: Acara Pernikahan


☘️☘️☘️

Acara pernikahan Azhar dan Haniyya tiba. Banyak orang terharu setelah mendengarkan hafalan Azhar yang sudah usai dibacakan. Perjuangan lelaki itu terbayarkan. Dia berhasil melewati tantangan dan sebentar lagi akan sah menjadi suami dari sosok Haniyya. 

 

 اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

(qul innamā ana basyarum miṡlukum yụḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid, fa mang kāna yarjụ liqā'a rabbihī falya'mal 'amalan ṣāliḥaw wa lā yusyrik bi'ibādati rabbihī aḥadā)

"Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”"

 

Potongan satu ayat terakhir telah membayar lunas mahar yang dijanjikan oleh Azhar. Tak lama terdengar ucapan hamdalah dari bibir beberapa orang.

Acara berlanjut. Para saksi mendengarkan dengan seksama mana kala Azhar mengucapkan ijab kabul. Pria itu tak tersendat sama sekali. Allah telah melancarkan lidahnya mengucapkan kesepakatan pernikahan.

Mata Azhar sempat menoleh ke arah wanita yang disukainya, Zoya. Pria itu mendapati satu anggukan kepala dari Zoya seakan memberikan kekuatan pada Azhar. Apa yang terjadi? Mengapa Zoya seolah mengetahui isi hati Azhar? Atau memang masih ada cinta di hati Zoya. Ada cinta yang tertahan untuk Azhar.

"Aku sudah jadi milik orang lain," batin Azhar.

Azhar tidak bisa menunggu Zoya menjanda, karena sepertinya Rayyan ditakdirkan berumur panjang. Suami Zoya itu tidak pernah menderita sakit. Dia bugar, dia penuh semangat layaknya kucing yang memiliki sembilan nyawa.

Sah...

Inilah saatnya Azhar memantapkan hati untuk mencintai Haniyya, seperti kesepakatan mereka, sekeping demi sekeping. Jika terus dipupuk, cinta mereka akan tumbuh dengan suburnya. Mereka bersatu dengan cara yang baik sehingga proses yang mereka jalani tentu lebih dimudahkan.

"Jaga istrimu dengan baik ya, Nak. Jangan biarkan dia bersedih. Tanggung jawab kamu kini bertambah," bisik Sofiyah tepat di telinga putranya.

Azhar sudah menikah. Sebentar lagi, Sofiyah tinggal sendirian. Meskipun wanita itu membayangkan betapa sepi-nya tanpa Azhar, ia ingin menantu dan putranya bisa bebas di rumah mereka sendiri. Sebelumnya, Azhar mengatakan tak akan pindah rumah. Namun, Sofiyah bersikukuh supaya putranya punya rumah sendiri sebagai wujud tanggung jawab terhadap Haniyya.

Bukan Sofiyah mengusir putranya. Tetapi ia sudah sering mendengarkan cerita pahit manis antara menantu dan mertua. Dia takut Haniyya merasa tidak nyaman tinggal di rumahnya.

"Iya, Ma. Tenang saja. Aku tak akan buat Mama kecewa. Aku janji akan bahagiakan Hani."

Setelah mengucapkan itu, Sofiyah merangkul putranya. Bangga rasanya menikahkan anaknya yang sholeh. Anak lelaki yang selalu membuatnya merasa aman walaupun tanpa kehadiran sosok suami.

Sofiyah mengelus punggung putranya. Lalu memeluk Haniyya, menantunya. "Hani yang sabar ya hadapi anak Mama. Selama ini Mama belum pernah melihat perilaku buruk Azhar. Tapi, Mama tidak tahu seperti apa pribadinya jika sudah menikah."

Haniyya mengangguk. Dia mengeratkan pelukan yang diberikan mertuanya. Berkat wanita itulah, Haniyya bisa bersatu dengan idolanya, Azhar. "Tenang saja, Ma. Hani janji akan beritahu Mama apabila Mas Azhar melakukan tindakan aneh-aneh."

Setelah kalimat itu keluar dari bibirnya, Haniyya menoleh ke suaminya yang kini tersengih. Eh, dia sama sekali tidak marah? Ya Tuhan. Semoga Azhar tak membuat Haniyya kecewa di masa depan. Saat ini, Azhar terlihat begitu sempurna, dan Haniyya belum siap menghadapi perlakuan tidak baik dari suaminya. Semoga Azhar tidak berubah.

"Mama sayang banget sama Hani. Tetap sehat ya, Sayang."

"Iya, Ma."

Setelah ijab kabul, acara resepsi dilanjutkan di salah satu hotel bintang lima. Tamu undangan mereka membludak. Pernikahan ini benar-benar meriah. Haniyya sampai kelelahan duduk lalu berdiri lagi. Belum lagi, ia harus mengeluarkan banyak stok senyuman di depan kamera.

Ini hari bahagia sehingga ia tidak boleh mengeluh. Kapan lagi orang-orang meluangkan waktu datang ke acara mereka. Azhar menggenggam tangannya begitu erat setelah Haniyya sempat memunculkan ekspresi lelah.

☘️☘️☘️

"Kamu pasti capek. Istirahat dulu. Aku akan keluar sebentar, setidaknya supaya bisa lebih akrab dengan keluargamu."

Ada acara malam yang diselenggarakan oleh pihak keluarga Haniyya. Mau tidak mau Azhar harus siap begadang. Rasanya tidak etis bila di acaranya sendiri, Azhar tidak bergabung dengan mereka.

"Tapi, Hani takut sendri, Mas."

Azhar semringah. Dia membelai rambut Haniyya yang kini terlepas dari hijab. Haniyya ternyata lebih cantik bila tak pakai hijab, tak kalah dari selebritis ternama nasional.

"Tenang, aku akan suruh keponakanmu menemanimu. Apa tidak apa-apa bila kita melewatkan malam pertama?"

Malam pertama adalah malam yang paling dinantikan oleh pengantin baru. Tapi, sayangnya mereka tidak bisa menunaikan malam bahagia itu dulu. Mereka bisa memulai malam pertama kapan saja, bahkan bisa jadi di malam kedua.

"Tidak apa-apa."

Azhar tidak salah pilih. Haniyya memang tipe wanita yang ia cari selama ini. Bukan hanya cantik di rupa melainkan cantik di hati juga. Untuk sikap pengertian istrinya, Azhar memberikan sebuah kecupan di kening istrinya.

"Bagian ini belum, Mas."

Haniyya menunjuk bibirnya sambil senyum-senyum. Alhasil, Azhar perlahan-lahan menyisir rambut istrinya dengan tangan. Lalu, bibirnya yang agak kemerahan menempel di atas bibir Haniyya. Ada rasa manis saat bibir mereka menyatu.

"Sudah puas?"

"Iya, sudah puas."

Dengan rona merah di wajah, Haniyya memberanikan diri memberi kecupan di pipi Azhar sebelum akhirnya pria itu keluar dari kamar mereka. Hari ini melelahkan. Namun, Azhar memaksakan dirinya untuk memeriahkan acara malam yang diselenggarakan mertuanya itu.

"Aku yakin kamu butuh ini, Azhar."

Rayyan berbisik diam-diam di telinga sahabatnya. Sebuah plastik kecil berlogo mini market ada di tangan Azhar. Isinya apa ya? Azhar menengoknya sebentar lalu mendapati ada P-Max di dalam sana. Itu sejenis obat kuat.

"Apa harus pakai ini di malam pertama? Kurasa tidak perlu," bisik Azhar.

Lelaki itu tak butuh hal aneh-aneh di malam pertamanya. Dia yakin kalau tanpa obat apapun. Dia dan Haniyya bisa awet 'begituan'. Lagipula semasa muda Azhar bukan lelaki mesum.

"Hanya opsional. Namun, sangat mujarab bikin istri makin sayang," kata Rayyan. Ah, lelaki itu memang jago dalam hal senggama. Lihatlah, dia hampir memiliki anak tiga. Anak pria itu sudah bersusun-susun bak sebuah tangga kehidupan.

"Akan kupertimbangkan."

Azhar tak akan memakai obat itu. Dia hanya menghargai pemberian sahabatnya. Tidak sopan menolak sebuah hadiah. Azhar berjalan masuk kamar dan menaruh barang itu di meja kamar Haniyya.

Dia bergeming sesaat. Dia melirik istrinya yang tengah menemani keponakan-keponakannya bermain-main di atas kasur. Haniyya sudah sangat cocok jadi seorang ibu. Dia sangat pandai mengurus anak.

"Fattah, itu kembaranmu," tutur Haniyya sambil senyam-senyum.

Tangan Haniyya menunjuk ke arah Azhar. Kedatipun anak Zoya bernama Fattah mengelak dikatakan mirip dengan Azhar. Haniyya justru cekikikan. Mengapa harus mengelak kalau memang benar Fattah dan Azhar punya kemiripan. Eh tunggu... Mendadak pikiran Haniyya tertuju pada sesuatu yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Fattah.... Apakah anak Zoya itu merupakan anak Azhar juga? Tidak mungkin. Azhar lelaki baik-baik. Segala sesuatu punya kemungkinan. Haniyya mendadak mematung. Kalau benar, Fattah anak Azhar, Haniyya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Semoga apa yang dipikirkannya adalah sebuah kesalahan.

Instagram: Sastrabisu


Bab Sebelumnya: Sekeping Hati untuk Azhar Bab 9: Jujur

Comments

Popular Posts