Skip to main content

Featured

Jin BTS akhirnya selesaikan wajib militernya sebagai warga negara Korea Selatan

Seoul , Kabar gembira bagi ARMY di seluruh dunia! Kim Seokjin atau lebih akrab disapa Jin, anggota boygroup BTS berhasil menyelesaikan wajib militernya.  Mengutip the KoreaTimes, tampak Jin mendapatkan buket bunga saat meninggalkan acara perayaan 5 tahun Divisi Infanteri Angkatan Darat di Yeoncheon, (12/06).  Dalam acara itu, Jin sempat reuni dengan 5 member BTS lainnya yang masih menjalankan wajib militer yakni; V, Jungkook, Jimin, J-Hope, dan RM.  Disebutkan Suga, satu-satunya member yang absen pada acara tersebut.  Kepada media, Jin menyapa Army dengan berkata, " Hai, ARMY !" sambil tersenyum.  Perayaan privat Jin ini menandakan kemungkinan Jin akan segera kembali ke industri hiburan lagi seperti biasa.  Tentu saja itu berita baik bagi penggemar BTS. Hal itu bisa dilihat dari ucapan selamat yang tidak berhenti diucapkan ARMY kepada Jin.  Bagaimana? Apa kamu termasuk yang ARMY itu? 

Sekeping Hati untuk Azhar Bab 8: Bunga Matahari

 


☘️☘️☘️

"Mas Azhar udah hafal surahnya?"

Mahar Haniyya dibayar dengan surah Ar-Rahman dan Al-Kahfi. Haniyya selalu menanyakan perkembangan dari hafalan calon suaminya. Bagaimana kalau Azhar tidak sanggup mencapai targetnya. Bisa batal acara mereka.

Kadang Azhar meminta gadis itu mendengarkan hafalannya. Sebetulnya Azhar hanya perlu memperlancar bacaannya saja. Azhar sangat mengesankan, dan Haniyya begitu terpukau dengan tekad calon suaminya itu.

"Tinggal beberapa ayat. Kamu tenang saja. Mas ini orang yang sangat pandai. Dulu juara berpidato se-Indonesia."

Azhar semringah saat membicarakan dirinya. Kalau kamu selalu tunjukkan kelebihan, Haniyya jadi merasa akan menikahi malaikat. Kekurangan kamu mana, Azhar? Jangan hanya tunjukkan kelebihan semata.

"Wah berarti Mas Azhar hebat dong. Memangnya dulu lombanya di mana, Mas?"

Haniyya memberikan tatapan seriusm. Dia sedang berbicara dengan juara satu lomba pidato seantero Indonesia. "Di dalam mimpi. Kebetulan Mas Azhar hanya menipumu."

Gelakan keras keluar dari bibir Azhar. Begitu pun dengan Haniyya yang ikut tertawa kecil berkat gurauan calon suaminya. Mereka sedang bertemu dengan desainer yang akan mengambil ukuran tubuh mereka. Alih-alih dilarang bertemu dulu, pada akhirnya mereka malah lebih intens tatap muka. Di sinilah mereka sekarang, menunggu asisten desainer memanggil mereka masuk ruangan fitting.

"Padahal Hani sudah percaya. Mas Azhar mulai menunjukkan wujud aslinya ya."

"Iya. Memang begini wujud asli Mas."

Masih ada tawa lepas dari mulut mereka. Semakin hari kenyamanan demi kenyamanan hadir menghiasi kebersamaan keduanya. Tidak ada lagi perasaan tegang di antara mereka. Kedua orang itu pun saling jujur. Komitmen membangun hubungan rumah tangga baru bebar-benar terealisasikan.

Hanya satu yang Azhar belum beritahu, yaitu mengenai hatinya yang masih menyukai Zoya. Azhar akan segera memberitahu calon istrinya. Dia hanya perlu butuh waktu sejenak. Kalau Haniyya bisa menerima sakit ginjal Azhar maka ia pun akan menerima fakta bahwa Azhar menyukai orang lain sejak lama. Semoga ia berhasil dalam misinya. Dia tidak bisa bohongi Haniyya terus menerus.

"Hani mengharapkan hafalan Mas Azhar segera tuntas. Hani enggak mau batal nikah karena itu," ujar Haniyya serius setelah tawanya padam.

Meskipun Azhar sudah yakinkan dirinya, tetap saja masih ada perasaan was-was. Azhar juga, mengapa membuat susah diri sendiri? Padahal dia bisa saja memberikan mahar harta benda. "Tenang saja. Mengapa kau sangat cemas. Apa kamu tidak percaya kemampuan otak, Mas?"

"Hani percaya."

"Terus kenapa cemas?"

"Hani takut Mas Azhar batalkan pernikahan ini karena menyukai orang lain."

Azhar memegang tangan Haniyya. "Aku tidak bisa janji. Tetapi, percayalah. Kita akan segera menikah. Insya Allah." Azhar memberikan tatapan penuh keyakinan sehingga Haniyya merasa  tenang. Semoga saja perkataan Azhar benar. Semoga pria itu tak berpaling ke wanita lain.

"Mas Azhar," panggil Haniyya. "Jangan paksakan diri Mas Azhar melakukan sesuatu ya. Makan tepat waktu, kurangi minum teh supaya ginjalnya tetap sehat."

Haniyya ingat betul bahwa calon suaminya punya masalah ginjal. Saat ini memang masih baik-baik saja. Namun, bila diabaikan maka akan berakibat fatal. Azhar tidak boleh kelelahan. Dia harus jaga kesehatannya.

"Iya. Aku akan jaga pola makan. Sekarang 'kan sudah ada Hani yang selalu mengingatkan."

"Mas Azhar harus nurut kalau diingetin ya."

"Pasti."

Mereka berpandangan untuk beberapa detik. Ah, mengapa setiap kali menatap mata pria itu selalu ada debaran hebat yang tercipta. Dengan cepat Haniyya mengusir pandangannya ke arah lain.

Sementara Azhar masih meliriknya dengan senyum hangat. Haniyya imut, lucu, menggemaskan, dan cantik. Tapi, entah bagaimana Azhar masih menyukai kakak gadis itu. Sampai kapan Azhar? Mengapa kau masih memendam rasa terhadap istri orang? Bunuh rasa itu, Azhar! Haniyya tidak patut dapatkan rasa sakit dari cinta terlarangmu pada Zoya.

"Ayesha Haniyya silakan masuk ruang fitting."

Seorang wanita yang bekerja di butik tempat mereka berada memanggil nama Haniyya. Wanita itu pun pamit ke calon suaminya untuk masuk ke dalam ruang fitting. Azhar mengizinkan. Selama Haniyya berada di dalam ruangan fitting, Azhar melanjutkan hafalannya sampai tuntas.

☘️☘️☘️

Sehabis mengukur pakaian, Haniyya dan calon suaminya meninggalkan butik. Tadinya, Azhar ingin mengantar Haniyya pulang. Namun, rasanya ada yang salah kalau mereka pulang begitu saja. Azhar menginginkan sebuah momen indah sebelum calon istrinya sampai di rumah. Alhasil, Azhar membawa Haniyya ke sebuah toko bunga. Dia tidak romantis, sehingga tidak tahu cara memberikan sebuah kejutan.

"Mas Azhar mau belikan kamu bunga. Kamu suka bunga 'kan?"

Semua wanita sepertinya suka bunga. Perempuan identik dengan keindahan. Lalu, bunga identik dengan sebuah keindahan. Azhar merasa kalau Haniyya juga menyukai bunga. Gadis itu tampak seperti gadis feminin. Bahkan, mungkin lebih dari itu, sangat perempuan.

"Hani enggak suka bunga," jawab Haniyya sambil menahan tawa.

"Jadi Mas salah membawa kamu ke tempat ini? Ah, beruntung kita belum masuk toko bunga."

Azhar memandangi toko bunga di depannya dengan tatapan kecewa. Dia  sudah berbalik menuju mobil. Langkahnya terhenti mana kala melirik Haniyya masih berada di tempatnya. Gadis itu lalu tergelak pelan.

Tunggu, ada apa ini? Mengapa Haniyya malah tertawa? Bukankah sudah terlambat untuk menunaikan sebuah tawa? Haniyya ini ada ada saja.

"Mengapa kau tertawa?"

"Hani cuma bohong tadi. Mengapa Mas Azhar percaya aku tidak suka bunga? Padahal Mas Azhar tahu kalau rumah Kak Zoya dipenuhi bunga yang ditanam oleh Hani."

Setelah mendengar perkataan calon istrinya, Azhar mengernyit. "Oh, jadi kamu balas dendam karena tadi Mas membohongimu soal juara pidato nasional?"

Ingatanmu tajam juga, Azhar. "Sudah impas," kata Haniyya.

Azhar mengambil beberapa langkah diikuti senyum di wajah yang kian melebar. Dia dan calon istrinya masuk ke dalam toko bunga. Azhar membiarkan Haniyya memilih tanaman mana yang paling ia sukai. Haniyya terlihat gembira hanya dengan melihat deretan bunga yang terlihat mekar. Melihat-lihat koleksi bunga ditemani pria idaman. Tambah berbunga-bunga-lah hatinya.

"Kamu ambil anggrek yang itu saja. Kelihatannya secantik dirimu."

"Gombal!"

Kalau tak suka kenapa malu Haniyya? Tadinya tidak gugup sekarang Azhar malah membuatnya berdebar-debar lagi. Sebetulnya Azhar ini sudah berapa kali pacaran sih? Mengapa gelagatnya seperti pria Donjuan.

"Hani kurang suka sama anggrek, Mas. Anggrek itu karakternya mirip-mirip sama cewek matre. Suka menempel dengan tanaman lain, dan mengambil keuntungan."

Hani bukan wanita semacam itu. Kalau perlu, ia tak akan biarkan lelaki yang menjadi pendampingnya tak mengeluarkan uang.

"Jadi, kamu itu seperti bunga apa?"

"Menurut Mas Azhar mirip bunga apa?"

"Bunga matahari. Selalu mencolok di pandangan mata. Tidak bikin bosan."

"Kalau begitu, Mas Azhar adalah batang bunga matahari. Menjulang tinggi, dan kokoh."

Ah, perumpamaan macam apa ini. Semoga Haniyya tidak salah perumpanaan. Azhar membalas, "Kita memang ditakdirkan bersama." Haniyya tercenung. Kalau takdir menginginkan kepingan hati mereka menyatu, Haniyya ingin segera takdir itu terjadi.

Instagram: Sastrabisu


Bab sebelumnya: Sekeping Hati untu Azhar Bab 7: Proses Lamaran

Comments

Popular Posts