Skip to main content

Featured

Jin BTS akhirnya selesaikan wajib militernya sebagai warga negara Korea Selatan

Seoul , Kabar gembira bagi ARMY di seluruh dunia! Kim Seokjin atau lebih akrab disapa Jin, anggota boygroup BTS berhasil menyelesaikan wajib militernya.  Mengutip the KoreaTimes, tampak Jin mendapatkan buket bunga saat meninggalkan acara perayaan 5 tahun Divisi Infanteri Angkatan Darat di Yeoncheon, (12/06).  Dalam acara itu, Jin sempat reuni dengan 5 member BTS lainnya yang masih menjalankan wajib militer yakni; V, Jungkook, Jimin, J-Hope, dan RM.  Disebutkan Suga, satu-satunya member yang absen pada acara tersebut.  Kepada media, Jin menyapa Army dengan berkata, " Hai, ARMY !" sambil tersenyum.  Perayaan privat Jin ini menandakan kemungkinan Jin akan segera kembali ke industri hiburan lagi seperti biasa.  Tentu saja itu berita baik bagi penggemar BTS. Hal itu bisa dilihat dari ucapan selamat yang tidak berhenti diucapkan ARMY kepada Jin.  Bagaimana? Apa kamu termasuk yang ARMY itu? 

Terpaksa Menikah dengan Ustadz Ganteng Bab 6

Judul : Terpaksa Menikah dengan Ustadz Ganteng

Part 6 : Aysel marah
 

 

Yusuf POV

        
Sampai di rumah Mamaku, Mama menyambutku dan Aysel dengan hangat. Kehadiran kami membuat Mama sangat senang. Dari kejauhan saja aku sudah bisa melihat senyumnya yang mengembang. "Assalamu alaikum!" sapaku, Mama membalas salamku lalu berseru karena kehadiran kami.
      
 "Pengantin baru akhirnya datang," seru Mama. Aku melihat jelas kebahagian dia wajah Ibuku. Dia hanya memiliki aku sebagai anak tunggal. Dia begitu senang saat tahu aku menerima perjodohan yang dia rencanakan bersama rekan lamanya. "Iya, Ma. Aku rasa aku harus sering berkunjung ke tempat ini agar Mama tidak kesepian," balasku.
        
Aku mencium tangan Mama, Aysel melakukan hal yang sama. Mama memeluk Aysel dan membawa dia masuk ke dalam ruang tamu. Kebaikan Mama terhadap istriku membuatku merasa hangat. Aku lega karena Mama tidak seperti mertua yang di tampilkan di televisi. 
        
Mama adalah wanita yang terbuka dan pemaaf. Kuharap hubungan Mama dan istriku tetap terjalin dengan baik. Kuedarkan pandanganku di sekeliling ruang tamu, mencari sosok yang selalu mendukung urusanku. Dialah Ayahku. "Papa, kemana?" tanyaku pada Mama.
       
 "Ke kantor," jawab Mama singkat. Aku tahu makna kantor itu maksudnya kandang sapi. Mungkin Mama ingin memperbaiki citra di depan Aysel. Aku menggeleng karena ucapan Mama. "Ke kantor atau ke kandang sapi? Aysel, sudah tahu, Ma. Kalau keluarga kita itu pengembala sapi. Jangan dirahasiakan lagi." Mama menatapku cemberut. Mama meminta istriku duduk di sofa.
         
 "Aysel, menurut kamu si Yusuf itu orangnya bagaimana? Bagaimana menurut kamu mengenai sosoknya?" Aku tersentak karena pertanyaan Mama ke Aysel. Bagaimana mungkin dia bisa bertanya saat aku berada di dekat mereka? Sungguh aneh. Pertanyaan Mama membuatku ingin beranjak dari tempat dudukku. 
         
Tapi Mama menatapku isyarat untuk tetap bergeming. Aku tidak bisa menolak perintah Mama. Sejak kecil aku dididik untuk menaati perintah orang tua, meski kadang aku juga membangkang. Aku memang hanya manusia biasa. "Yusuf baik, Tante."
        
"Kenapa panggil tante. Panggil Mama dong!" 
       
 "Iya Ma."
       
 "Begitu 'kan enak," 
        
Kulihat Mama mengamati istriku lalu bertanya, "Aysel kenapa tidak pakai hijab seperti Umi Aisyah?" Mendadak wajah Aysel pucat karena pertanyaan itu. Mama terlalu terbuka dalam hal apa pun, aku bisa merasakan bagaimana risihnya istriku dengan pertanyaan Mama. Aysel kehabisan kata-kata.
         
"Ma, Aysel belum siap pakai hijab. Mama tahu 'kan kalau hijab itu syar'i, bukan permainan. Aku juga tidak mau paksa Aysel pakai hijab, segala sesuatu yang dilakukan dengan paksaan hasilnya tidak akan baik. Lihat, istriku jadi pucat kan?" Tak sadar aku membikin Mama cemas.
        
"Maafkan Mama, Aysel. Mama tidak bermaksud menyinggungmu, Sayang. Mama juga tidak pakai hijab. Mama cuma mau tahu alasan kamu. Maafkan Mama ya, Sayang," pinta Mama. Beliau mengelus punggung istriku. Aysel mengeluarkan senyum terpaksa. Suasana menjadi tegang karena Aysel bergeming, seperti sedang memendam amarah. 
         
Aku mencoba mengalihkan pembicaraan dengan membahas sapi Papaku. Mama melakukan obrolan padaku meski dia sendiri cemas istriku marah karena pertanyaan dia sebelumnya. Beberapa kali Mama meminta maaf, Aysel hanya tersenyum atau mengangguk saja. Hal itu justru menjelaskan jika dia sedang marah.
        
Suasana semakin tegang. Aku tidak ingin maka maupun istriku bertengkar. Aku memutuskan untuk pulang ke rumahku. "Ma, aku dan Aysel pulang dulu," pamitku pada Mama dengan lembut. Sudah sekitar satu jam kami berada di rumah Mamaku. "Iya, Sayang. Kamu hati-hati, Nak. Jaga Aysel dengan baik." 
         
"Iya, Mama. Assalamu alaikum." kataku lalu berjalan menuju arah mobil bersama Aysel.
         
Di dalam mobil Aysel tidak mau memandangku. Pemandangan luar mobil lebih menyenangkan Aysel dari pada memandang wajahku. Aku melajukan mobilku menuju rumah yang kubeli sebelum menikah.                       
   

PS :  Bagi yang punya aplikasi Novelme ayo subscribe cerita "Untuk Ayselina", masukin ke rak 😀 Yang mau kirim hadiah, silakan. Aku selalu menanti 😍😀❤️

 Link semua bab : https://share.novelme.id/starShare.html?novelId=null&chapterId=null

Part 1 : https://share.novelme.com/starShare.html?novelId=16131&chapterId=454616

Part 2 : https://share.novelme.id/starShare.html?novelId=16131&chapterId=498661 

Part 3 : https://share.novelme.id/starShare.html?novelId=16131&chapterId=498666 

Part 4 : https://share.novelme.id/starShare.html?novelId=16131&chapterId=501411 

Part 5 : https://share.novelme.id/starShare.html?novelId=16131&chapterId=501413 

Part 6 : https://share.novelme.id/starShare.html?novelId=16131&chapterId=501414

Comments

Popular Posts